Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin hari semakin pesat, penyampaian informasi melalui sarana tulisan untuk berbagai keperluan merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Pesatnya laju informasi dan ilmu pengetahuan serta teknologi menuntut setiap orang memiliki kecepatan dan ketepatan yang tinggi dalam menafsirkan dan menyerap informasi baik secara lisan maupun tulisan.
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi. Menurut Sumaryani (2010;1) “ada dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi secara langsung dan komunikasi secara tidak langsung”. Kegiatan berbicara dan mendengarkan (menyimak), merupakan komunikasi secara langsung, sedangkan kegiatan menulis dan membaca merupakan komunikasi tidak langsung .
Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang digunakan oleh manusia. Sebagaimana yang disampaikan oleh Tarigan, dalam Muchlisoh (1996;257) bahwa “ada empat aspek keterampilan berbahasa yaitu keterampilan membaca (reading skills), keterampilan menulis (writting skills, menyimak (listening skils), dan berbicara (speaking skills)”. Kegiatan menulis dapat ditemukan dalam aktivitas manusia setiap hari, seperti menulis surat, laporan, buku, artikel, dan sebagainya. Dapat dikatakan, bahwa kehidupan manusia hampir tidak bisa dipisahkan dari kegiatan menulis.
Kemampuan menulis merupakan keterampilan dasar bagi siswa untuk menguasai berbagai bidang studi. Tanpa memiliki kemampuan menulis siswa akan mengalami kesulitan dalam menyalin, mencatat, dan menyelesaikan tugas sekolah. Untuk itu bisa dikatakan bahwa menulis merupakan bagian yang vital dalam pendidikan.
Keterampilan menulis merupakan pengajaran bahasa yang ditempatkan pada tataran paling tinggi dalam proses pemerolehan bahasa. Hal ini sejalan dengan pendapat Maharani (2009;1), bahwa “aktivitas menulis merupakan bentuk kemampuan berbahasa yang dikuasai setelah kemampuan membaca, menyimak, dan berbicara. Penguasaan keterampilan menulis jauh lebih sulit dibandingkan dengan keterampilan membaca, menyimak atau berbicara”. Hal ini pula yang menyebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dianggap paling sulit.
Untuk menguasai keterampilan menulis tentunya seorang anak harus melalui proses yang panjang. Anak harus dipersiapkan sedini mungkin untuk menudukung kemampuan menulisnya pada saatnya nanti. Untuk itu perlu adanya tahap persiapan guna memberikan pondasi pada anak sebelum belajar menulis. Sebagai gambaran bahwa anak yang keterampilan motorik halusnya berkembang lebih matang, akan lebih mungkin untuk menulis secara efisien dan efektif di masa mendatang.
Persiapan menulis merupakan keterampilan dasar yang pada umumnya tealah diajarkan pada anak sejak masa prasekolah, seperti di PAUD dan Taman Kanak-kanak. Namun demikian tidak menutup kemungkinan untuk diberikan pada usia yang lebih tua diantaranya kepada anak tunagrahita ringan yang memiliki berbagai hambatan. Hal ini dikarenakan kesiapan dan kematangan anak untuk menulis berbeda-beda, tergantung dari perkembangan anak itu sendiri.
Penguasaan kesiapan menulis pada anak akan menjadi dasar dalam peningkatan dan pengembangan kemampuan siswa pada jenjang selanjutnya. Apabila kesiapan menulis anak yang dikatakan sebagai acuan dasar tersebut baik dan kuat, maka diharapkan hasil pengembangan keterampilan menulis sampai tingkat selanjutnya akan menjadi baik pula.
Walaupun kesiapan menulis merupakan salah satu kemampuan yang mendasar dan sangat dibutuhkan, tetapi kenyataan di lapangan banyak kita jumpai siswa yang mengalami kesulitan, dan tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus, salah satunya anak tunagrahita ringan. Rendahnya kemampuan kesiapan menulis pada anak tunagrahita ringan terkait kuat dengan masalah keterbatasan kemampuan intelegensi dan juga kurang matangnya sensorimotoriknya, selain itu seperti kita ketahui bersama bahwa sifat kegiatan menulis itu sendiri yang sangat rumit. Menurut Maeland dalam Santoso, (2005;12)
Menulis memerlukan keterampilan yang sangat kompleks seperti integrasi visual motorik, kognitif dan perceptual, serta sensitifitas kinesthetik dan taktil (Profesiensi menulis memerlukan maturasi dan integrasi keterampilan tersebut termasuk kemampuan merencanakan gerak (motoric planning), hubungan ruang dan jarak, serta elemen kekutan otot tangan untuk mengerjakan aktivitas menulis.
Menulis memerlukan keterampilan yang sangat kompleks seperti integrasi visual motorik, kognitif dan perceptual, serta sensitifitas kinesthetik dan taktil (Profesiensi menulis memerlukan maturasi dan integrasi keterampilan tersebut termasuk kemampuan merencanakan gerak (motoric planning), hubungan ruang dan jarak, serta elemen kekutan otot tangan untuk mengerjakan aktivitas menulis.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang komplek, maka diperlukan pendekatan atau metode yang tepat dalam mengajarkannya, khususnya pada anak tunagrahita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar