Membaca menjadi satu kegiatan yang tak terpisahkan pada sebagian besar orang di dunia. Membaca menjadi gerbang menuju pemahaman akan ilmu. Membaca menjadi suatu kebutuhan bagi setiap individu manakala kita merasa mendapatkan manfaat yang begitu besar dari membaca. Membaca bisa menjadi sarana hiburan, membaca juga mampu membuka cakrawala pandangan dan pikiran seseorang.
Membaca merupakan salah satu fungsi tertinggi otak manusia dari semua makhluk hidup di dunia ini, hanya manusia yang dapat membaca. Membaca merupakan fungsi yang sangat penting dalam hidup dan dapat dikatakan bahwa sebagian besar proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca.
Membaca merupakan salah satu bidang akademik dasar, selain, menulis dan berhitung yang penting untuk dikuasai. Membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap anak. Karena dengan membaca anak dapat belajar banyak terhadap berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar (Lerner, 1988:349).
Kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh kemampuannya saat belajar membaca tahap permulaan. Pelajaran membaca permulaan mengajarkan pengenalan huruf dan rangkaiannya, seperti: suku kata, kata, dan kalimat secara benar. Jadi pelajaran membaca permulaan bertujuan untuk memberikan kemampuan mengenal huruf dan mengubahnya menjadi rangkaian bunyi yang bermakna serta melancarkan teknik membaca pada anak-anak.
Tahap membaca permulaan pada umumnya dimulai sejak anak masuk kelas I SD. Meskipun demikian, banyak anak yang sudah belajar dan mampu membaca lebih awal sebelum masuk SD. Pada anak tunagrahita ringan dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki, untuk belajar membaca permulaan baru dimulai pada saat anak duduk di kelas II atau saat usia 8 tahun, dan bahkan ada pula yang baru mulai belajar membaca pada usia 9 tahun atau lebih. Hal ini sangat tergantung dari kematangan mental dan kognisi masing-masing anak.
Walaupun membaca permulaan merupakan salah satu kemampuan yang sangat dibutuhkan, tetapi kenyataan di lapangan banyak kita jumpai yang seharusnya bisa membaca lebih cepat, ternyata belum mampu, tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus seperti anak tunagrahita ringan Rendahnya kemampuan anak tunagrahita ringan dalam menguasai membaca permulaan terkait kuat dengan karakteristik anak tunagrahita itu sendiri yang mempunyai kapasitas belajarnya terbatas, terutama hal-hal yang abstrak, mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, pelupa, kurang mampu membuat assosiasi. dan sifat dari pelajaran membaca itu sendiri yang abstrak, yang mencakup aktifitas fisik dan mental. Aktivitas fisik mencakup gerakan mata dan ketajaman penglihatan. Aktifitas mental mencakup ingatan, perhatian dan pemahaman. Menurut Kirk, Kliebhan, dan Lerner, oleh Mercer (1979:2002) ada 8 faktor yang memberikan sumbangan bagi keberhasilan membaca, yaitu : “1) kematangan mental, 2) kemampuan visual, 3) kemampuan mendengarkan, 4) perkembangan wicara dan bahasa, 5) keterampilan berfikir dan memperhatikan, 6) perkembangan motorik, 7) kematangan sosial dan emosional, 8) motivasi dan minat.”
Faktor lain yang tidak kalah penting dalam pengajaran membaca pada anak tunagrahita adalah faktor metode yang digunakan, dan ini terkait erat dengan media pengajaran yang akan dipakai. Cara belajar membaca tradisional yaitu menggunakan pensil dan kertas dinilai relatif kurang disukai oleh anak-anak. Anak-anak cenderung lebih suka bermain dengan warna, gambar, suara, lagu dan mendengarkan cerita daripada belajar dengan cara tradisional (Izhar, 1998).Untuk itu pemilihan metode dan juga alat peraga yang lebih inovatif dan menarik dapat digunakan untuk membantu penyampaian materi agar siswa lebih mudah menerima materi yang diberikan.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk membantu meningkatkan minat dan kemampuan anak dalam belajar membaca dan menulis adalah dengan menggunakan perangkat lunak pembelajaran berbasis komputer (Macaruso, and Adelaide, 2008). Dengan menggunakan perangkat lunak pembelajaran berbasis komputer, materi dapat disampaikan dalam bentuk permainan yang disertai dengan gambar, suara, animasi dan permainan warna, sehingga anak-anak merasa sedang bermain walaupun sebenarnya mereka sedang belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar